Mengenal Tanaman Hanjeli
Tanaman hanjeli dengan nama latin Coix lacryma jobbi, merupakan tanaman yang termasuk tanaman serealia dengan berbagai keunggulan yang dapat kita manfaatkan untuk kepentingan sehari-hari maupun untuk industri. Di bawah ini beberapa panduan yang dapat dibaca sebagai berikut.Kerjasama dengan Tim Hanjeli ALG Unpad 2016.
Di Indonesia Coix lacryma-Jobi dikenal dengan
berbagai sebutan a,l disebut hanjeli(Jawa Barat),hajeli, jelai,jali,japen,jeten
(Heyne, 1987). Di negara lain disebut
Job”tears (Australia),
adlay (Philippines),
sila (Fiji),
mayuen (Cina).
Informasi dari Plant for a future(2000) daerah asal
hanjeli adalah Asia Timur sampai India Timur yang menyebar ke Cina, Mesir,
Jerman, Haiti, Hawai, Jepang, India,Indonesia, Panama, Perak, Philipina,
Sancrit, Taiwan, Amerika dan Venezuela. Juga menyebar ke Australia utara
dan timur yang beriklim tropis, Madagaskar,
Malaysia dan
Papua.
Di Jawa Barat
ditemukan dipasarkan di beberapa pasar tradisional a,l di Ciamis,
Punclut(Lembang), Tanjungsari, Sukabumi,Cirebon,
dan Garut (Tati Nurmala,1998)
Hanjeli impor
dapat dipasarkan dengan harga per kgnya Rp 20.000 Sampai Rp 25.000,
sedangkan hanjeli lokal Rp 8.000 sampai
Rp 10.000.
Di beberapa negara seperti di Indocina dan
Selatan Cina, Hanjeli merupakan tanaman penting sebelum jagung dan padi
berkembang (Duke,1983). Hal ini disebabkan karena hanjeli memiliki nilai gizi
yang tidak kalah kualitasnya dibanding beras dan jagung dan merupakan sumber
protein bagi jutaan penduduk di Asia dan
Afrika serta memiliki kandungan lemak yang tinggi diantara tanaman serealia
Lainnya, yaitu mencapai 7,9% (Gruben dan Partohardjono,1996). Kandungan protein, Ca dan Vitamin B1 pada hanjeli juga lebih tinggi dibandingkan pada beras,jagung dan sorgum. Dengan demikian biji hanjeli dapat dimanfaatkan sebagai pangan alternatif pendamping beras, sebagai pangan berbasis tepung bahan pangan instant yang dapat digunakan dalam keadaan darurat, sehingga dapat menunjang program diversifikasi pangan, biomas lainnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak yang berupa hijauannya.
Menurut Jain dan Banerjee (1974), genus coix di India
digolongkan sebagai berikut
1). Coix aquatica Roxb adalah jenis hanjeli liar yang tumbuh di
rawa-rawa dan danau di India
dan terkadang dipergunakan sebagai pakan ternak. Buahnya bulat telur.
2). Coix gigantean Koenig ex Roxb, tanaman hanjeli
ini mirip Coix aquatica sulit dibedakan.
Panjang buah hanjeli 8mm-12 mm.
Buahnya digunakan untuk bahan ornamen atau dekorasi yang menarik pada
barang-barang kerajinan.
3). Coix lacryma –Jobi L., tanaman hanjeli
ini sudah tumbuh meluas ke berbagai
wilayah di dunia. Di India species ini
dibedakan dalam empat varietas yaitu : a).Varietas Coix lacryma, buahnya
berbentuk bulat telur keras dan berkilau, lebar biji 6-8 mm, dan panjangnya
8-12 mm. Bijinya dapat dimanfaatkan sebagai pangan dan kue-kue di Jawa Barat
bahkan biasa dibikin tape, hijauannya untuk pakan ternak , bahan dekorasi ornamen, serta obat. B).
Varietas ma-yuen (Romanet) Stapf., buahnya berbentuk longitudinal banyak
ditanam di Assam Bengal Utara, dan Orissa.
Bijinya dapat digunakan untuk membuat minuman ringan beralkohol, pangan seperti beras, pakan
ternak dan ornamen. C). Varietas Monilifier Stapf., bentuk bijinya hampir
bulat. Banyak ditanam di Burma, buahnya
sangat cantik cocok untuk ornamen. D).
Varietas stenocarpa Stapf.,bijinya silindris, sempit, memanjang menyerupai
botol. Ditanam di India bagian Timur, digunakan sebagai manik-manik untuk
hiasan ornamen oleh suku-suku di daerah perbukitan. Dipakai asesoris hiasan kepala berupa mahkota
untuk menari, sabuk dan hijauannya untuk pakan ternak.
4). Coix puellarum Balansa adalah hanjeli
yang bijinya berukuran paling kecil dibandingkan biji dari varietas lainnya,
bentuknya agak bulat dengan ukuran diameter sekitar 4 mm. Terdapat banyak di India bagian Timur dan menyebar ke
Asia Tenggara, juga bisa digunakan untuk ornamen.
Sedangkan
di Indonesia menurut LIPI (1986), khususnya di Jawa dikenal ada empat
jenis hanjeli, yaitu 1). Varietas
agrotis dikenal dengan nama jelai batu tumbuh liar di lahan-lahan kering,
ditanam di pekarangan untuk hiasan. Bijinya keras seperti batu, berwarna putih
abu-abu, abu-abu kehitaman atau coklat.
Bentuknya bulat telur, dimanfaatkan untuk hiasan kerajinan tangan berupa
tasbih atau tirai gantung. 2). Varietas ma-yuen dikernal sebagai jelai
pulut. Biasanya ditanam di lahan sawah
setelah padi, di pematang, di pekarangan, di kebun atau lading. Bentuk buah
bulat telur atau bulat, berdinding tipis dab berwarna coklat, kuning terang
atau ungu. Bijinya ditumbuk pecah kulit
dijadikan beras hanjeli atau ditumbuk dibuat berbagai macam penganan,tape
hanjeli dsb. 3). Varietas palustris dan 4). Varietas aquatica adalah hanjeli
yang tumbuh di lahan basah di danau-danau atau di rawa, Bijinya berbentuk Bulat
telur seperti hanjeli pulut tetapi berkulit . keras
Tanaman hanjeli merupakan tanaman herbaceous,
tanaman diploid dengan khromosom somatic berjumlah x=5; 2n=10; 20 dan 40; 2; 4;
dan 8 ploid. Tanaman tumbuh tegak dan
berumpun,tinggi bisa mencapai 3m ada pula yang tumbuh menjalar,monoceious
(Grubben Partohardjono, 1996).Alat reproduktif terdiri dari bunga jantan dan
bunga betina ( uniseksual), pada satu tanaman.
Akar hanjeli adalah akar serabut disebut homoriz,
yaitu akarnya sejenis dan panjangnya relatif sama. Batangnya tegak beruas-ruas
dan berisi (tidak berongga) (Tati Nurmala,1998). Hanjeli memiliki percabangan samping (cabang
lateral) yang disebut dengan srisip. Srisip muncul dari ketiak daun, mulai dari
buku terendah (Franklin
dkk. 1991dikutip Dian Eka .. (2003).
Daun hanjeli besar dan melebar (Heyne,1987), panjangnya 8 cm sampai
100cm, lebar daun 1,5 –5,0 cm. Lidah
daun pendek, sisik daun pendek, tulang daun menonjol, bentuk helaian daun
linear sampai lanset, pangkal daun bundar
menyerupai seperti jantung pisang, ujung daun tajam dan tepi daun kasar
(Grubben dan Partohardjono, 1996).
Bunga hanjeli terdiri dari bunga jantan dan bunga
betina yang terdapat pada satu tanaman, terdiri dari beberapa putik atau bunga betina berupa
spikelet tunggal yang bertumpuk dalam satu “bulir”atau panicle yang bercabang
komplek terdiri dari sejumlah susunan bunga berjumlah ganjil (3-5) dengan
tangkai sederhana yang panjangnya berkisar 1cm-8 cm, dan memiliki tiga buah
benang sari yang timbul dari ketiak daun pada batang utama dan cabang
batang,yang kelak mengeras dan menutupi tonjolan ujung atas membentuk lubang (aspex), suatu peduncle atau
malai tumbuh menonjol dari tutup yang sama terdiri dari 10-12 spikelet (bunga
jantan). Setelah terjadi penyerbukan spikelet jantan gugur dan putik menjadi
sebuah caryopsis, globosa (daun pelindung yang mengelilingi bunga betina) yang
selanjutnya setelah pematangan akan berangsur-angsur menebal dan mengeras
seperti batu pada species hanjeli batu, mengkilat seperti porselen, menurut
Heyne, (1987) sukar dikoyak. Rangkaian bunga betina tumbuh pada ketiak
daun bendera dengan bunga-bunga jantan yang berupa malai seakan-akan tumbuh
dari bagian atas bunga betina. Daun
bendera berfungsi pensuplai fotosintat,
daun yang paling dekat dengan kumpulan bunga betina. Warna kelopak bunga betina
(globosa) bervariasi ada yang berwarna putih, abu-abu, kuning, coklat dan ungu
(Tati Nurmala,1998). Penyerbukan secara
silang dengan bantuan angin, musim berbunga sepanjang tahun dari bulan Januari
sampai bulan Desember (Lipi, 1986).
Biji hanjeli berbentuk bulat, ukurannya mendekati
biji kacang kedelai dan pada ujungnya terdapat semacam ekor sisa pertumbuhan
malai. Buahnya yang muda berwarna hijau
setelah matang umumnya berwarna putih
bervariasi berdasarkan ukuran, bentuk , warna
dan kekerasannya. Ukuran
biji berkisar antara 8mm-12 mm, dengan
warna biji putih, abu-abu, kuning kecoklatan atau keungu-unguan, kulit biji
mengeras, bahkan bisa menyerupai porselen.
4.3.
Ekosistem dan Fase Pertumbuhan Hanjeli
Tanaman ini tumbuh
baik pada kondisi iklim panas, di daerah
yang terletak pada garis lintang 22o
L.U dan L.S, serta ketinggian di daerah
tropis bisa mencapai 2000 m d.p.l ,
memerlukan curah hujan yang tinggi, seperti yang dibutuhkan oleh tanaman
jagung. Hanjeli tidak toleran terhadap
kekeringan pada fase pertumbuhan awal, meskipun tanaman akan tetap tumbuh pada
musim kemarau panjan (sebagai tanaman tahunan)
bisa sebagai tanaman mesophyta ataupun heliophyta , akan tetapi
produktivitasnya kurang memuaskan.
Hanjeli merupakan tanaman berhari pendek, tanah yang agak subur dan
intensitas yang cerah. Banyak tumbuh di
daerah rawa-rawa dan lahan basah lainnya.
Tanaman ini cocok ditanam di tanah berpasir, lempung dan liat. Bisa
tumbuh pada tanah asam sampai ph rendah , netral dan basa(ph tanah sekitar
4,3-7,3) atau tanah yang lembab, tumbuh di tempat terbuka sampai dibawah
naungan di bawah kanopi hutan, dan bisa toleran pada suhu rendah –35oC (Plant
for a Future,2000). Menurut Grubben dan
Partohardjono (1996), pertumbuhan dan perkembangan tanaman hanjeli relatif lama
dibandingkan dengan tanaman serealia lainnya. Untuk itu para pemulia tanaman
perlu merekayasa potensi genetiknya
untuk memiliki varietas hanjeli berumur genjah seperti pada perkembangan
varietas padi unggul yang berumur lebih genjah daripada varietas padi local
yang dapat dijadikan “green revolution” di daerah produsen padi baik di luar
negeri maupun di Indonesia.
Beberapa
penelitian pendahuluan saat ini telah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
Produksi Tanaman dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian UNPAD
dan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan Fakultas Teknologi Industri
Pertanian UNPAD, Nurkhamidah (`2003) telah meneliti variasi fenotifik beberapa
karakter penting dan hasil pada tanaman
hanjeli (Coix lacryma-Jobi) di kebun percobaan Fakultas
Pertanian UNPAD SPLPP Arjasari Kabupaten
Bandung.
Dian Eka Rahmawati (2003) meneliti tentang estimasi
heritabilitas dengan metode regresi tetua-turunan (Parents-offspring
regression) dan kemajuan genetic beberapa karakter penting hanjeli di kebun
percobaan Fakultas Pertanian UNPAD di SPLPP Arjasari kabupaten Bandung.
Lama pertumbuhan
terutama tergantung dari varietas yang ditanam, di Jawa Barat fase vegetatif
normalnya mencapai empat bulan,diikuti fase reproduktif (berbunga), terjadi
persarian, fase pengisian biji selama dua bulan, dan fase pematangan satu
bulan, jadi dari sejak tanam sampai panen memerlukan waktu tujuh bulan. Hasil panen biji hanjeli bervariasi
tergantung musim panen dan lingkungan tumbuh, di Philipina mencapai 3,5 ton per
ha, Srilangka 2,1 ton per ha. Masih
banyak terjadi kehilangan hasil saat panen di
Philipina 30-40%, di Srilangka sampai 70% (Duke,1983).
Pada tahun 1985 di
Serawak tepatnya di Bukit Iban, terdapat 55% dari industri pertanian
rumahtangga berupa lahan hanjeli, dan 10% merupakan areal perkebunan hanjeli
secara besar-besaran (Grubben dan Partohardjono,1996). Namun pemanfaatan hanjeli belum dikembangkan
secara optimal terutama di Indonesia meskipun tumbuh subur secara liar di
daerah khatulistiwa yang lembab yaitu di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan
Papua, yang merupakan lahan marginal yang asam.
Dewasa ini produk makanan dari hanjeli
dikenal masih terbatas di
beberapa daerah tertentu saja, sebagai pangan eksklusif dengan nilai gizi yang
lebih superior daripada beras, tentunya dengan harga yang relatif mahal.
Nilai Gizi dan Kegunaan Hanjeli
Ketergantungan masyarakat terhadap beras
sangat besar, lebih dari 90% negara-negara di Asia memproduksi dan mengkonsumsi
beras sebagai makanan pokok (Poehlman dan Sleeper, 1995). Di Indonesia kurang
lebih 95% penduduknya mengkonsumsi beras
(Tati Nurmala, `1998). Namun
dengan bertambahnya penduduk setiap saat, dan produksi padipun makin menyusut
sejalan dengan makin berkurangnya lahan pertanian padi terutama sawah, serta
tingkat produktivitas padi yang stagnan bahkan telah mengalami leveling off,
maka perlu dipertimbangkan untuk menambah ragam bahan pangan yang mengandung
nilai gizi setara beras. Nilai gizi
beras tidak merupakan nutrisi esensial bagi pertumbuhan dan kesehatan, bahkan
hanjeli mengandung protein dan lemak yang lebih tingg.
Biji hanjeli kaya akan gizi, meskipun kandungan
energinya paling rendah diantara serealia lainnya, akan tetapi kandungan
protein, lemak , dan vitamin B1nya lebih tinggi, bahkan kandungan kalsiumnya
paling tinggi dibandingkan serealia
lainnya yang bisa untuk mengatasi penyakit osteokoropsis atau pengeroposan
tulang.
Fiky
Yulianto dkk. (2006) telah menganalisis kandungan gizi biji hanjeli indigenous
Punclut di Laboratorium Teknologi Pangan UNPAD.
Ternyata dalam 100 g biji hanjeli mengandung protein 29,37%, pati
61,07%, karbohidrat 80,13% dan lemak 12%.
Biji hanjeli tersebut dapat digunakan sebagai bahan pangan berbasis tepung berupa brownis bakar
dengan bahan baku
100% tepung hanjeli (tanpa campuran tepung lain).
Duke
(1996) menyatakan bahwa protein yang terdapat dalam biji hanjeli terdiri atas
asam amino tyrosine, arginine,histidine, asam glutamat, lysine dan
leusine. Pada biji hanjeli tidak
terdapat gluten, sehingga tidak akan terjadi
pengembangan adonan saat pemanggangan (Grubben dan Partohardjono,1996). Oleh karena itu penggunaan tepung hanjeli
dapat dipergunakan sebagai tepung campuran (mix flour) untuk memberi rasa
tertentu pada produk pangan berbasis tepung.
Menurut
Sulaeman dkk. (1993), tepung hanjeli dapat disubstitusikan dalam tepung terigu
untuk membuat berbagai produk olahan, karena memiliki pH antara 4,75 –5,75 yang
hampir sama dengan tepung terigu (5,63) dan mengandung 19,97 % amilose yang
hampir sama dengan tepung terigu
(19,91%). Selain kaya kaya akan
protein biji hanjeli juga mengandung lemak esensial, asam lemak miristat dan
palmitat. Asam lemak esensialnya terdiri
atas 45 – 55 %, asam oleat 35% dan asam linoleat 39% (Lau, 2003).
Dewasa ini
penduduk di daerah produsen hanjeli
memanfaatkan bijinya sebagai pangan setelah terlebih dahulu dijadikan
beras hanjeli melalui penyosohan yang dilakukan secara konvensional
(ditumbuk). Selama penyosohan bagian
kulit bijinya terpisah (hanjeli pecah kulit), disosoh kembali untuk mendapatkan
beras hanjeli yang putih. Dari beras hanjeli
dapat dibuat berbagai penganan (bubur hanjeli, tape hanjeli, nasi hanjeli
rasanya lebih pulen daripada nasi beras dan sedikit lengket seperti ketan) atau
digiling lebih lanjut dijadikan tepung hanjeli yang digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kue-kue
atau sejenisnya.
Biji
hanjeli yang dikeringkan dapat dibuat teh dan yang dibakar dapat dibuat kopi
(Plants for a Future, 2000), sedangkan biji yang difermentasi dapat dibuat bir
atau anggur (Duke,1983), demikian juga di Punclut dibuat tape hanjeli.
Pengobatan
dengan menggunakan hanjeli telah dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu. Buah hanjeli dapat digunakan untuk mengobati
penyakit anodyne, anti-inflammatori,antipyretic, rematik, antispasmodie,
hipotensive, sedative dan vermivuge.
Juga untuk mengobati diurectic,
pectoral, refrigerant dan obat kuat. The
yang dibuat dari biji kering hanjeli
yang telah direbus, diminum untuk menyembuhkan penyakit kutil, hati,
radang paru-paru, lobar pneumonia, appendicitis, rhemathoid arthists, beri-beri,
diarrhoea, oedema dan sulit kencing.
Seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk menyembuhkan kanker dan
akarnya dapat mengobati gangguan menstruasi (Plants for a Future, 2000). Juga
akar hanjeli dapat menyembuhkan penyakit cacingan, daunnya bisa dipakai atap
rumah
Menurut
Wijayakusuma (1999), hanjeli memiliki potensi yang tinggi sebagai tanaman
obat. Bubur hanjeli dapat menyembuhkan
penyakit radang persendian dan asam urat tinggi. Air rebusan kulit oyong dan hanjeli dapat
mengobati penyakit rematik arthritis.
Selain itu juga bubur hanjeli dicampur dengan rumput laut dapat
mengobati rematik. Sedangkan bubur hanjeli ditambah dengan nasi ketan dapat mengobati penyakit rematik
persendian dan pegal linu. Pengobatan
dengan memanfaatkan hanjeli akan efektif dan berhasil dengan baik jika
dilakukan secara teratur dan rutin.
Biomas
tanaman hajeli dapat dimanfaatkan pula
untuk pakan ternak hewan sapi atau kuda, hijauannya sangat cocok diawetkan
sebagai silase.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletePermisi pak, apakah ada softcopy tentang jurnal atau makalah biji hanjeli tersebut? terimakasih
ReplyDeleteKlo mau beli di bdg dmn.. NoWA donk
ReplyDelete