2016/05/27

Mengenal Tanaman Hanjeli

Mengenal Tanaman Hanjeli

Tanaman hanjeli dengan nama latin Coix lacryma jobbi, merupakan tanaman yang termasuk tanaman serealia dengan berbagai keunggulan yang dapat kita manfaatkan untuk kepentingan sehari-hari maupun untuk industri. Di bawah ini beberapa panduan yang dapat dibaca sebagai berikut.

 Kerjasama dengan Tim Hanjeli ALG Unpad 2016.



Di Indonesia  Coix lacryma-Jobi dikenal dengan berbagai sebutan a,l disebut hanjeli(Jawa Barat),hajeli, jelai,jali,japen,jeten (Heyne, 1987).  Di negara lain disebut Job”tears (Australia), adlay (Philippines), sila (Fiji), mayuen (Cina).
Informasi dari Plant for a future(2000) daerah asal hanjeli adalah Asia Timur sampai India Timur yang menyebar ke Cina, Mesir, Jerman, Haiti, Hawai, Jepang, India,Indonesia, Panama, Perak, Philipina, Sancrit, Taiwan, Amerika dan Venezuela. Juga menyebar ke Australia utara dan timur yang beriklim tropis, Madagaskar, Malaysia dan Papua.
Di Jawa Barat ditemukan dipasarkan di beberapa pasar tradisional a,l di Ciamis, Punclut(Lembang), Tanjungsari, Sukabumi,Cirebon, dan Garut (Tati Nurmala,1998)
Hanjeli impor dapat dipasarkan dengan harga per kgnya Rp 20.000 Sampai Rp 25.000, sedangkan  hanjeli lokal Rp 8.000 sampai Rp 10.000.
   Di beberapa negara seperti di Indocina dan Selatan Cina, Hanjeli merupakan tanaman penting sebelum jagung dan padi berkembang (Duke,1983). Hal ini disebabkan karena hanjeli memiliki nilai gizi yang tidak kalah kualitasnya dibanding beras dan jagung dan merupakan sumber protein bagi jutaan penduduk di Asia dan Afrika serta memiliki kandungan lemak yang tinggi diantara tanaman serealia

Lainnya, yaitu mencapai 7,9% (Gruben dan Partohardjono,1996). Kandungan protein, Ca dan Vitamin B1 pada hanjeli juga lebih tinggi dibandingkan pada beras,jagung dan sorgum. Dengan demikian biji hanjeli dapat dimanfaatkan sebagai pangan alternatif pendamping beras, sebagai pangan berbasis tepung bahan pangan instant yang dapat digunakan dalam keadaan darurat, sehingga dapat menunjang program diversifikasi pangan, biomas lainnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak yang berupa hijauannya.

 


Menurut Jain dan Banerjee (1974), genus coix di India digolongkan sebagai berikut

1). Coix aquatica Roxb  adalah jenis hanjeli liar yang tumbuh di rawa-rawa dan danau di India dan terkadang dipergunakan sebagai pakan ternak. Buahnya bulat telur.

2). Coix gigantean Koenig ex Roxb, tanaman hanjeli ini mirip Coix aquatica sulit dibedakan.  Panjang buah hanjeli 8mm-12 mm.  Buahnya digunakan untuk bahan ornamen atau dekorasi yang menarik pada barang-barang kerajinan.

3). Coix lacryma –Jobi L., tanaman hanjeli ini sudah tumbuh meluas  ke berbagai wilayah di dunia.  Di India species ini dibedakan dalam empat varietas yaitu : a).Varietas Coix lacryma, buahnya berbentuk bulat telur keras dan berkilau, lebar biji 6-8 mm, dan panjangnya 8-12 mm. Bijinya dapat dimanfaatkan sebagai pangan dan kue-kue di Jawa Barat bahkan biasa dibikin tape, hijauannya untuk pakan ternak  , bahan dekorasi ornamen, serta obat. B). Varietas ma-yuen (Romanet) Stapf., buahnya berbentuk longitudinal banyak ditanam di Assam Bengal Utara, dan Orissa.  Bijinya dapat digunakan untuk membuat minuman ringan  beralkohol, pangan seperti beras, pakan ternak dan ornamen. C). Varietas Monilifier Stapf., bentuk bijinya hampir bulat.  Banyak ditanam di Burma, buahnya sangat cantik cocok untuk ornamen.  D). Varietas stenocarpa Stapf.,bijinya silindris, sempit, memanjang menyerupai botol. Ditanam di India bagian Timur, digunakan sebagai manik-manik untuk hiasan ornamen oleh suku-suku di daerah perbukitan.  Dipakai asesoris hiasan kepala berupa mahkota untuk menari, sabuk dan hijauannya untuk pakan ternak.

4). Coix puellarum Balansa adalah hanjeli yang bijinya berukuran paling kecil dibandingkan biji dari varietas lainnya, bentuknya agak bulat dengan ukuran diameter sekitar 4 mm.  Terdapat banyak di India bagian Timur dan menyebar ke Asia Tenggara, juga bisa digunakan untuk ornamen.

   Sedangkan di Indonesia menurut LIPI (1986), khususnya di Jawa dikenal ada empat jenis  hanjeli, yaitu 1). Varietas agrotis dikenal dengan nama jelai batu tumbuh liar di lahan-lahan kering, ditanam di pekarangan untuk hiasan. Bijinya keras seperti batu, berwarna putih abu-abu, abu-abu kehitaman atau coklat.  Bentuknya bulat telur, dimanfaatkan untuk hiasan kerajinan tangan berupa tasbih atau tirai gantung. 2). Varietas ma-yuen dikernal sebagai jelai pulut.  Biasanya ditanam di lahan sawah setelah padi, di pematang, di pekarangan, di kebun atau lading. Bentuk buah bulat telur atau bulat, berdinding tipis dab berwarna coklat, kuning terang atau ungu.  Bijinya ditumbuk pecah kulit dijadikan beras hanjeli atau ditumbuk dibuat berbagai macam penganan,tape hanjeli dsb. 3). Varietas palustris dan 4). Varietas aquatica adalah hanjeli yang tumbuh di lahan basah di danau-danau atau di rawa, Bijinya berbentuk Bulat telur seperti hanjeli pulut tetapi berkulit . keras

Tanaman hanjeli merupakan tanaman herbaceous, tanaman diploid dengan khromosom somatic berjumlah x=5; 2n=10; 20 dan 40; 2; 4; dan 8 ploid.   Tanaman tumbuh tegak dan berumpun,tinggi bisa mencapai 3m ada pula yang tumbuh menjalar,monoceious (Grubben Partohardjono, 1996).Alat reproduktif terdiri dari bunga jantan dan bunga betina ( uniseksual), pada satu tanaman.

Akar hanjeli adalah akar serabut disebut homoriz, yaitu akarnya sejenis dan panjangnya relatif sama. Batangnya tegak beruas-ruas dan berisi (tidak berongga) (Tati Nurmala,1998).  Hanjeli memiliki percabangan samping (cabang lateral) yang disebut dengan srisip. Srisip muncul dari ketiak daun, mulai dari buku terendah (Franklin dkk. 1991dikutip Dian Eka .. (2003).  Daun hanjeli besar dan melebar (Heyne,1987), panjangnya 8 cm sampai 100cm, lebar daun 1,5 –5,0 cm.  Lidah daun pendek, sisik daun pendek, tulang daun menonjol, bentuk helaian daun linear sampai lanset, pangkal daun bundar  menyerupai seperti jantung pisang, ujung daun tajam dan tepi daun kasar (Grubben dan Partohardjono, 1996).

Bunga hanjeli terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat pada satu tanaman, terdiri dari  beberapa putik atau bunga betina berupa spikelet tunggal yang bertumpuk dalam satu “bulir”atau panicle yang bercabang komplek terdiri dari sejumlah susunan bunga berjumlah ganjil (3-5) dengan tangkai sederhana yang panjangnya berkisar 1cm-8 cm, dan memiliki tiga buah benang sari yang timbul dari ketiak daun pada batang utama dan cabang batang,yang kelak mengeras dan menutupi tonjolan ujung atas  membentuk lubang (aspex), suatu peduncle atau malai tumbuh menonjol dari tutup yang sama terdiri dari 10-12 spikelet (bunga jantan).  Setelah terjadi penyerbukan  spikelet jantan gugur dan putik menjadi sebuah caryopsis, globosa (daun pelindung yang mengelilingi bunga betina) yang selanjutnya setelah pematangan akan berangsur-angsur menebal dan mengeras seperti batu pada species hanjeli batu, mengkilat seperti porselen, menurut Heyne, (1987)  sukar dikoyak.  Rangkaian bunga betina tumbuh pada ketiak daun bendera dengan bunga-bunga jantan yang berupa malai seakan-akan tumbuh dari bagian atas bunga betina.  Daun bendera  berfungsi pensuplai fotosintat, daun yang paling dekat dengan kumpulan bunga betina. Warna kelopak bunga betina (globosa) bervariasi ada yang berwarna putih, abu-abu, kuning, coklat dan ungu (Tati Nurmala,1998).  Penyerbukan secara silang dengan bantuan angin, musim berbunga sepanjang tahun dari bulan Januari sampai  bulan Desember (Lipi, 1986).

Biji hanjeli berbentuk bulat, ukurannya mendekati biji kacang kedelai dan pada ujungnya terdapat semacam ekor sisa pertumbuhan malai.  Buahnya yang muda berwarna hijau setelah matang umumnya  berwarna putih bervariasi berdasarkan ukuran, bentuk , warna  dan kekerasannya.  Ukuran biji  berkisar antara 8mm-12 mm, dengan warna biji putih, abu-abu, kuning kecoklatan atau keungu-unguan, kulit biji mengeras, bahkan bisa menyerupai porselen.




4.3.             Ekosistem dan Fase Pertumbuhan Hanjeli

  Tanaman ini tumbuh baik  pada kondisi iklim panas, di daerah yang terletak pada  garis lintang 22o L.U  dan L.S, serta ketinggian di daerah tropis bisa  mencapai 2000 m d.p.l , memerlukan curah hujan yang tinggi, seperti yang dibutuhkan oleh tanaman jagung.  Hanjeli tidak toleran terhadap kekeringan pada fase pertumbuhan awal, meskipun tanaman akan tetap tumbuh pada musim kemarau panjan (sebagai tanaman tahunan)  bisa sebagai tanaman mesophyta ataupun heliophyta  , akan tetapi  produktivitasnya kurang memuaskan.  Hanjeli merupakan tanaman berhari pendek, tanah yang agak subur dan intensitas yang cerah.  Banyak tumbuh di daerah rawa-rawa dan lahan basah lainnya.  Tanaman ini cocok ditanam di tanah berpasir, lempung dan liat. Bisa tumbuh pada tanah asam sampai ph rendah , netral dan basa(ph tanah sekitar 4,3-7,3) atau tanah yang lembab, tumbuh di tempat terbuka sampai dibawah naungan di bawah kanopi hutan, dan bisa toleran pada suhu rendah –35oC (Plant for a Future,2000).  Menurut Grubben dan Partohardjono (1996), pertumbuhan dan perkembangan tanaman hanjeli relatif lama dibandingkan dengan tanaman serealia lainnya. Untuk itu para pemulia tanaman perlu  merekayasa potensi genetiknya untuk memiliki varietas hanjeli berumur genjah seperti pada perkembangan varietas padi unggul yang berumur lebih genjah daripada varietas padi local yang dapat dijadikan “green revolution” di daerah produsen padi baik di luar negeri maupun di Indonesia.

   Beberapa penelitian pendahuluan saat ini telah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Produksi Tanaman dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian UNPAD dan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian UNPAD, Nurkhamidah (`2003) telah meneliti variasi fenotifik beberapa karakter penting dan hasil pada tanaman  hanjeli (Coix lacryma-Jobi) di kebun percobaan Fakultas Pertanian  UNPAD SPLPP Arjasari Kabupaten Bandung.

Dian Eka Rahmawati (2003) meneliti tentang estimasi heritabilitas dengan metode regresi tetua-turunan (Parents-offspring regression) dan kemajuan genetic beberapa karakter penting hanjeli di kebun percobaan Fakultas Pertanian UNPAD di SPLPP Arjasari kabupaten Bandung. 

   Lama pertumbuhan terutama tergantung dari varietas yang ditanam, di Jawa Barat fase vegetatif normalnya mencapai empat bulan,diikuti fase reproduktif (berbunga), terjadi persarian, fase pengisian biji selama dua bulan, dan fase pematangan satu bulan, jadi dari sejak tanam sampai panen memerlukan waktu tujuh bulan.  Hasil panen biji hanjeli bervariasi tergantung musim panen dan lingkungan tumbuh, di Philipina mencapai 3,5 ton per ha, Srilangka 2,1 ton per ha.  Masih banyak terjadi kehilangan hasil saat panen di  Philipina 30-40%, di Srilangka sampai 70% (Duke,1983).

   Pada tahun 1985 di Serawak tepatnya di Bukit Iban, terdapat 55% dari industri pertanian rumahtangga berupa lahan hanjeli, dan 10% merupakan areal perkebunan hanjeli secara besar-besaran (Grubben dan Partohardjono,1996).  Namun pemanfaatan hanjeli belum dikembangkan secara optimal terutama di Indonesia meskipun tumbuh subur secara liar di daerah khatulistiwa yang lembab yaitu di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, yang merupakan lahan marginal yang asam.  Dewasa ini produk makanan dari hanjeli  dikenal masih  terbatas di beberapa daerah tertentu saja, sebagai pangan eksklusif dengan nilai gizi yang lebih superior daripada beras, tentunya dengan harga yang relatif mahal.




                  Nilai Gizi dan Kegunaan Hanjeli
    Ketergantungan masyarakat terhadap beras sangat besar, lebih dari 90% negara-negara di Asia memproduksi dan mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok (Poehlman dan Sleeper, 1995). Di Indonesia kurang lebih 95% penduduknya mengkonsumsi beras  (Tati Nurmala, `1998).  Namun dengan bertambahnya penduduk setiap saat, dan produksi padipun makin menyusut sejalan dengan makin berkurangnya lahan pertanian padi terutama sawah, serta tingkat produktivitas padi yang stagnan bahkan telah mengalami leveling off, maka perlu dipertimbangkan untuk menambah ragam bahan pangan yang mengandung nilai gizi setara beras.  Nilai gizi beras tidak merupakan nutrisi esensial bagi pertumbuhan dan kesehatan, bahkan hanjeli mengandung protein dan lemak yang lebih tingg.


Biji hanjeli kaya akan gizi, meskipun kandungan energinya paling rendah diantara serealia lainnya, akan tetapi kandungan protein, lemak , dan vitamin B1nya lebih tinggi, bahkan kandungan kalsiumnya paling tinggi dibandingkan  serealia lainnya yang bisa untuk mengatasi penyakit osteokoropsis atau pengeroposan tulang.
    Fiky Yulianto dkk. (2006) telah menganalisis kandungan gizi biji hanjeli indigenous Punclut di Laboratorium Teknologi Pangan UNPAD.  Ternyata dalam 100 g biji hanjeli mengandung protein 29,37%, pati 61,07%, karbohidrat 80,13% dan lemak 12%.  Biji hanjeli tersebut dapat digunakan sebagai bahan  pangan berbasis tepung berupa brownis bakar dengan bahan baku 100% tepung hanjeli (tanpa campuran tepung lain).
   Duke (1996) menyatakan bahwa protein yang terdapat dalam biji hanjeli terdiri atas asam amino tyrosine, arginine,histidine, asam glutamat, lysine dan leusine.  Pada biji hanjeli tidak terdapat gluten, sehingga tidak akan terjadi  pengembangan adonan saat pemanggangan (Grubben dan Partohardjono,1996).  Oleh karena itu penggunaan tepung hanjeli dapat dipergunakan sebagai tepung campuran (mix flour) untuk memberi rasa tertentu pada produk pangan berbasis tepung.
   Menurut Sulaeman dkk. (1993), tepung hanjeli dapat disubstitusikan dalam tepung terigu untuk membuat berbagai produk olahan, karena memiliki pH antara 4,75 –5,75 yang hampir sama dengan tepung terigu (5,63) dan mengandung 19,97 % amilose yang hampir sama dengan tepung terigu  (19,91%).  Selain kaya kaya akan protein biji hanjeli juga mengandung lemak esensial, asam lemak miristat dan palmitat.  Asam lemak esensialnya terdiri atas 45 – 55 %, asam oleat 35% dan asam linoleat 39% (Lau, 2003).
   Dewasa ini penduduk di daerah produsen hanjeli  memanfaatkan bijinya sebagai pangan setelah terlebih dahulu dijadikan beras hanjeli melalui penyosohan yang dilakukan secara konvensional (ditumbuk).  Selama penyosohan bagian kulit bijinya terpisah (hanjeli pecah kulit), disosoh kembali untuk mendapatkan beras hanjeli yang putih.  Dari beras hanjeli dapat dibuat berbagai penganan (bubur hanjeli, tape hanjeli, nasi hanjeli rasanya lebih pulen daripada nasi beras dan sedikit lengket seperti ketan) atau digiling lebih lanjut dijadikan tepung hanjeli yang digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kue-kue atau sejenisnya.
   Biji hanjeli yang dikeringkan dapat dibuat teh dan yang dibakar dapat dibuat kopi (Plants for a Future, 2000), sedangkan biji yang difermentasi dapat dibuat bir atau anggur (Duke,1983), demikian juga di Punclut dibuat tape hanjeli.
   Pengobatan dengan menggunakan hanjeli telah dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu.  Buah hanjeli dapat digunakan untuk mengobati penyakit anodyne, anti-inflammatori,antipyretic, rematik, antispasmodie, hipotensive, sedative dan vermivuge.  Juga untuk mengobati  diurectic, pectoral, refrigerant dan obat kuat.  The yang dibuat dari biji kering hanjeli  yang telah direbus, diminum untuk menyembuhkan penyakit kutil, hati, radang paru-paru, lobar pneumonia, appendicitis, rhemathoid arthists, beri-beri, diarrhoea, oedema dan sulit kencing.  Seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk menyembuhkan kanker dan akarnya dapat mengobati gangguan menstruasi (Plants for a Future, 2000). Juga akar hanjeli dapat menyembuhkan penyakit cacingan, daunnya bisa dipakai atap rumah
   Menurut Wijayakusuma (1999), hanjeli memiliki potensi yang tinggi sebagai tanaman obat.  Bubur hanjeli dapat menyembuhkan penyakit radang persendian dan asam urat tinggi.  Air rebusan kulit oyong dan hanjeli dapat mengobati penyakit rematik arthritis.  Selain itu juga bubur hanjeli dicampur dengan rumput laut dapat mengobati rematik. Sedangkan bubur hanjeli ditambah dengan nasi  ketan dapat mengobati penyakit rematik persendian dan pegal linu.  Pengobatan dengan memanfaatkan hanjeli akan efektif dan berhasil dengan baik jika dilakukan secara teratur dan rutin.
   Biomas tanaman hajeli dapat  dimanfaatkan pula untuk pakan ternak hewan sapi atau kuda, hijauannya sangat cocok diawetkan sebagai silase.